Hal-hal Yang Wajib Bagi Mayit
Menurut Imam Nawawi dan Al-Rafi’iy bahwa ada 4
hal yang menjadi tanggung jawab ahli mayit. Di antaranya adalah memandikan,
mengkafani, menyalati dan menguburkan.
Jmuhur ulama menyepakati hokum mengurus jenazah
adalah fardlu kifayah, yakni gugur kewajiban apabila satu orang atau sebagaian
dari kaum tersebut melaksanakan kewajiban tersebut.
1.
Cara
Memandikan
Ada
beberapa tahap pelaksanaan memandikan jenazah.
a. Menyediakan
peralatan dan bahan yang dipergunakan untuk memandikan.
-
Kapas.
-
Dua buah sarung tangan atau dua helai sapu
tangan dari kafan.
- Spon penggosok.
- Spon penggosok.
-
Alat penggerus, dipakai untuk menghaluskan kafur
barus.
-
Shampoo.
-
Daun bidara atau sabun mandi untuk
menghilangkan bau jenazah.
-
Masker (jika diperlukan).
-
Air secukupnya.
-
Minyak wangi atau pengusir bau busuk.
c. Menutup aurat jenazah, dengan
menutupkan kain kebat di sekujur jenazah.
d. Melunakan persendian,
memotong kuku yang panjang dan bulu ketiak seperlunya.
Dan tidak membuangnya,
melainkan dimasukan ke dalam kafannya jenazah.
e. Menghilangkan kotoran dari
tubuh si mayit dan ditinggikan.
f. Mewudhukan si mayit.
Seperti wudhu ketika akan shalat.
Bahkan kalau perlu sebelum wudhu, jenazah
disiwak terlebih dahulu. Tidak perlu
dengan kayu ‘ud atau sikat gigi. Cukup
menggunakan kain basah saja, lalu
digosok-gosokkan pada gigi jenazah secara
pelan-pelan. Demikian halnya
membersihkan setiap lubang yang terbuka secara
hati-hati.
g. Membasuh tubuh jenazah.
Agar air tidak masuk ke dalam rongga jenazah,
maka kalau perlu posisi memandikannya
dengan kemiringan sekitar 75 derajat,
ditopang oleh lutut yang memandikan jenazah yang
lain. Tapi, jika masih bisa
diatasi tidak perlu.
·
Ambillah perasan daun bidara atau air sabun
agar mudah membasuh anggota tubuh jenazah.
·
Mulai dari meremas-remas rambut jenazah
pelan-pelan dengan jemari, karena takut rontok. Biasanya dibantu dengan sisir berbuku
lebar.
·
Membasuh bahu kanan, ketiak, lengan, lambung,
paha kanan, betis dan telapak kakinya.
·
Membalikan sisi tubuhnya hingga miring ke
sebelah kiri, lalu membasuh belahan punggung yang sebelah kanan.
·
Selanjutnya dengan cara yang sama membasuh
anggota tubuh sebelah kiri. Afhaliyahnya membasuh sebanyak 3 kali. Meskipun
sekali pun sudah cukup. Pengulangan dilakukan seperlunya saja dengan hitungan
ganjil, jika 2 kali jadi 3 kali dan seterusnya. Adapun air yang dipakai adalah
air yang sejuk dan air mutlak. Dihindarkan air yang terlalu dingin dan terlalu
panas. Jika ada kotoran yang sulit dihilangkan, tidak perlu dikerik atau
digosok dengan keras, cukup menggunakan air hangat dan sabun.
·
Pada akhir proses memandikan dianjurkan untuk
menambahkan kafur barus yang dihaluskan.
Proses
tersebut di atas sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW,
اِغْسِلْنَهَا ثَلاَثًا اَوْ خَمْسًا
اَوْ اَكْثَرَ مِنْ ذَالِكَ اِنْ رَاَيْتُنَّ ذَالِكَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ وَاجْعَلْنَ
فِي اْلاَخِرَةِ كَافُوْرًا اَوْشَيْئًا مِنْ كَافُوْرٍ وَابْدَءْنَ بِمَيَامِنِهَا
وَمَوَاضِعِ اْلوُضُوْءِ مِنْهَا فَظَفَّرْنَا شَعْرَهَا ثَلاَثَةَ اَثْلاَثٍ قَرْنَيْهَا
وَنَاصِيَتِهَا (رَوَاهُ اْلبُخَارِيْ)
“Basuhlah
ia tiga kali, atau lima kali atau lebih dari itu, jika kalian melihat hal yang
demikian (pergunakanlah) dengan air dan bidara pada permulaannya, dan
gunakanlah kafur atau campurkan sedikit kafur dalam basuhan terakhir. Mulailah
dari bagian tubuh sebelah kanan dan tempat-tempat wudhu”. Lalu Ummu ‘Athiyyah
berkata: “Lalu kami menyela-nyela rambutnya tiga kali kali berulang tanduk dan ubun-ubunnya.” (HR.
al-Bukhariy).
·
Setelah selesai, kemudian jenazah dikeringkan
dengan handuk kering.
Ini sebuah faidah:
Meskipun demikian, ada beberapa jenazah yang
tidak perlu dimandikan dan dishalati di antaranya :
-
orang yang meninggal syahid, bahkan dikubur
dengan pakaiannya yang berlumuran darah, tanpa menggantinya dengan kain kaffan.
-
Bayi yang mati karena keguguran. Yakni janin
yang belum berusia 4 bulan di dalam kandungan. Adapun yang sudah berumur lebih
dari 4 bulan dalam kandungan, maka dimandikan, dikafani, dishalati dan diberi
nama.
2.
Cara
Mengkapani
A.
Tentunya kaffan disediakan setelah selesai
memandikan jenazah. Caranya :
a.
Jenazah
laki-laki
1.
Hamparkan tikar.
5. Satu lembar kain kurung di atas kaffan 1,2 dan
3.
b.
Jenazah
perempuan
Seperti
halnya persediaan kaffan jenazah laki-laki, hanya saja ditambah 2 lembar lagi
yakni 1 lembar untuk sarung dan 1 lagi untuk celana dalam.
yakni 1 lembar untuk sarung dan 1 lagi untuk celana dalam.
B.
Lalu di atasnya, dihamparkan kapas gulung, taburan ramuan minyak-minyakan
seperti serbuk kayu cendana, air mawar, kafur barus dan daun pandan.
C.
Untuk jenazah perempuan, pakaikanlah celana
dalamnya kain ke-5).
D.
Balutkan sarungnya (kain ke-4).
E.
Tutupkan kain kurungnya (kerudung) yang bagian
depan (jenazah perempuan).
F.
Bungkus jenazah dengan kain kaffan ke-3.
G.
Bungkus kembali dengan kain kaffan ke-2.
H.
Kain kaffan yang ke-1, dilibatkan (mennutupi)
kain ke-2 dan ke-3).
I.
Ikatlah jenazah dengan 5 (lima) ikat tali yang
sudah disediakan.
3. Cara Menyalati
Menyalati jenazah, merupakan rangkain proses tajhizul
janaiz (persiapan jenazah), yang agak berbeda dengan shalat pada umumnya.
Karena dalam shalat ini, jama’ah tidak ruku’ dan sujud. Dengan kata lain,
mereka cukup berdiri, sehingga niatnya pun dikaitkan dengan 4 (empat) kali
tabkir.
Imam Taqiyyudin dalam kitab kifayatul Akhyar
bahwa rukun shalat jenazah ada 7, yakni :
1.
Niat.
2.
Berdiri bagi yang mampu.
3.
Membaca takbir 4 kali.
4.
Membaca al-Fatihah pada takbir ke-1.
5.
Membaca shalawat, wajib setelah takbie ke-2.
6.
Membaca do’a,
mayit wajib setelah takbir ke-3.
7.
Salam pertama, wajib setelah takbir ke-4.
Adapun sunnah-sunnahnya, di antaranya adalah :
1.
Membaca ta’awwudz sebelum membaca
fatihah.
2.
Membaca fatihah setelah takbir pertama.
3.
Membaca do’a
اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا اَجْرَهُ
̸هَا
وَلاَ تُفْتِنَّا بَعْدَهُ ̸ هَا وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ ̸ لَهَا
“Ya
Allah, janganlah Engkau halangi kami dengan pahala kebaikannya, janganlah Enkau
tibakan fitnah keburukan sepeninggalnya, dan ampunilah dosa kami dan ia.
Setelah
takbir ke-4 dan sebelum salam.
4.
Megucapkan salam kedua.
Selengkapnya pelaksanaan shalat jenazah.
Pertama berniat dalam hati menyalati jenazah,
a.
Jika jenazah laki-laki hadir dengan ucapan,
أُصَلِّيِى
عَلَى هَذَااْلمَيِّتِ اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ اْلكِفَايَةِ لِلَّهِ تَعَالَى:
“Aku berniat mendirikan shalat atas
jenazah ini 4 kali takbir fardlu karena Allah Ta’ala: ….
Atau:
أُصَلِّيِى
عَلَى فُلاَنِ(....) اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ اْلكِفَايَةِ لِلَّهِ
تَعَالَى:
“Aku
berniat mendirikan shalat atas jenazah Pulan …………….4 kali takbir fardlu karena
Allah Ta’ala: ….
Atau:
أُصَلِّيِى
عَلَى مَنْ حَضَرَ مِنْ اَمْوَاتِ الْمُسْلِمْيْنَ اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ
اْلكِفَايَةِ لِلَّهِ تَعَالَى:
“Aku
berniat mendirikan shalat atas jenazah muslim yang hadir, 4 kali takbir fardlu kifayat
karena Allah Ta’ala: ….
Atau:
أُصَلِّيِى
عَلَى مَنْ صَلَّى عَلَيْهِ اْلاِمَامُ اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ
اْلكِفَايَةِ لِلَّهِ تَعَالَى:
“Aku
berniat mendirikan shalat atas jenazah yang dishalati imam, 4 kali takbir
fardlu karena Allah Ta’ala: ….
b.
Jika jenazah perempuan hadir dengan ucapan,
أُصَلِّيِى
عَلَى هَذَهِ اْلمَيِّتَةِ اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ اْلكِفَايَةِ لِلَّهِ
تَعَالَى:
“Aku berniat mendirikan shalat atas
jenazah ini 4 kali takbir fardlu karena Allah Ta’ala: ….
Atau:
أُصَلِّيِى
عَلَى فُلاَنَةِ(....) اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ اْلكِفَايَةِ لِلَّهِ
تَعَالَى:
“Aku
berniat mendirikan shalat atas jenazah Pulan …………….4 kali takbir fardlu karena
Allah Ta’ala: ….
Atau:
أُصَلِّيِى
عَلَى مَنْ حَضَرَتْ مِنْ اَمْوَاتِ الْمُسْلِمْيْنَ اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ
فَرْضَ اْلكِفَايَةِ لِلَّهِ تَعَالَى:
“Aku
berniat mendirikan shalat atas jenazah muslim yang hadir, 4 kali takbir fardlu
kifayat karena Allah Ta’ala: ….
Atau:
أُصَلِّيِى
عَلَى مَنْ صَلَّى عَلَيْهَا اْلاِمَامُ اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ
اْلكِفَايَةِ لِلَّهِ تَعَالَى:
“Aku
berniat mendirikan shalat atas jenazah yang dishalati imam, 4 kali takbir
fardlu karena Allah Ta’ala: ….
c.
Jika jenazah yang tidak hadir (ghaib) dengan
ucapan,
أُصَلِّيِى
عَلَى فُلاَنِ (....) اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ اْلكِفَايَةِ لِلَّهِ
تَعَالَى:
“Aku
berniat mendirikan shalat atas jenazah Pulan …………….4 kali takbir fardlu karena
Allah Ta’ala: ….
Atau:
أُصَلِّيِى
عَلَى مَنْ تَصِحُّ الصَّلاَةُ عَلَيْهِ اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ
اْلكِفَايَةِ لِلَّهِ تَعَالَى:
“Aku
berniat mendirikan shalat atas jenazah yang shah shalat atasnya, 4 kali takbir
fardlu kifayat karena Allah Ta’ala: ….
Atau:
أُصَلِّيِى
عَلَى مَنْ صَلَّى عَلَيْهَا اْلاِمَامُ اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ
اْلكِفَايَةِ لِلَّهِ تَعَالَى:
“Aku
berniat mendirikan shalat atas jenazah yang dishalati imam, 4 kali takbir
fardlu karena Allah Ta’ala: ….
Kedua, takbiratul ihram. Kemudian disunahkan membaca
surat al-Fatihah.
Ketiga, takbir kedua. Kemudian membaca shalawat,
اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Atau yang panjang
اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ
وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا
اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ . فِي اْلعَالَمِيْنَ
اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Keempat, takbir ketiga. Membaca do’a bagi jenazah,
a.
Jika jenazah dewasa,
اللُّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ ̸ لَهَا
وَارْحَمْهُ ̸
هَا وَعَافِهِ ̸
هَا وَاعْفُ عَنْهُ ̸
عَنْهَا
Atau untuk jenazah dewasa laki-laki lebih
lengkapnya,
اللُّهُمَّ هَذَا عَبْدُكَ وَابْنُ
عَبْدَيْكَ خَرَجَ مِنْ رُوْحِ الدُّنْيَا وَسِعَتِهَا وَمَحْبُوْبُهُ وَاَحْبَابُهُ
فِيْهَا اِلَى ظُلُمَةِ اْلقَبْرِ وَمَا هُوَ لاَقِيْهِ كَانَ يَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ
اِلاَّ اَنْتَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ وَاَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٌ عَبْدُكَ
وَرَسُوْلُكَ وَاَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ اللَّهُمَّ اِنَّهُ نَزَلَ وَاَنْتَ خَيْرُ مَنْزُوْلٍ
بِهِ وَاَصْبَحَ فَقِيْرًا اِلَى رَحْمَتِكَ وَاَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ وَقَدْ
جِئْنَا رَاغِبِيْنَ اِلَيْكَ شُفَعَاءَ لَهُ . اللَّهُمَّ اِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَزِدْفِيْ
اِحْسَانِهِ وَاِنْ كَانَ مُسِيْئًا فَجَاوِزْ عَنْهُ وَلَقِّهِ بِرَحْمَتِكَ رِضَاكَ
وَقِهِ فِتْنَةَ اْلقَبْرِ وَعَذَابَهُ وَاَفْسَحْ لَهُ فِيْ قَبْرِهِ وَجَافِ اْلاَرْضَ
عَنْ جَنْبِهِ وَلَقِّهِ بِرَحْمَتِكَ اْلاَمْنَ مِنْ عَذَابِكَ حَتَّى تَبْعَثَهُ
اَمِنًا اِلَى جَنَّتِكَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Atau untuk jenazah dewasa perempuan lebih
lengkapnya,
اللُّهُمَّ هَذِهِ اَمَّتُكَ وَبِنْتُ
اَمَّتُكَ خَرَجَتْ مِنْ رُوْحِ الدُّنْيَا وَسِعَتِهَا وَمَحْبُوْبُهَا
وَاَحْبَابُهَا فِيْهَا اِلَى ظُلُمَةِ اْلقَبْرِ وَمَا هِيَ لاَقِيْهَا كَانَتْ
تَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ وَاَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدٌ عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ وَاَنْتَ اَعْلَمُ بِهَا اللَّهُمَّ
اِنَّهَا نَزَلَتْ وَاَنْتَ خَيْرُ مَنْزُوْلٍ بِهَا وَاَصْبَحَتْ فَقِيْرَةً
اِلَى رَحْمَتِكَ وَاَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهَا وَقَدْ جِئْنَا رَاغِبِيْنَ
اِلَيْكَ شُفَعَاءَ لَهَا . اللَّهُمَّ اِنْ كَانَتْ مُحْسِنَةً فَزِدْفِيْ
اِحْسَانِهَا وَاِنْ كَانَتْ مُسِيْئَةً فَجَاوِزْ عَنْهَا وَلَقِّهاَ
بِرَحْمَتِكَ رِضَاكَ وَقِهَا فِتْنَةَ اْلقَبْرِ وَعَذَابَهَا وَاَفْسَحْ لَهاَ
فِيْ قَبْرِهَا وَجَافِ اْلاَرْضَ عَنْ جَنْبِهَا وَلَقِّهَا بِرَحْمَتِكَ
اْلاَمْنَ مِنْ عَذَابِكَ حَتَّى تَبْعَثَهَا اَمِنَةً اِلَى جَنَّتِكَ
بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Atau untuk jenazah dewasa perempuan lebih
lengkapnya,
b.
Jika jenazah laki-laki yang masih kecil,
اللُّهُمَّ
اجْعَلْهُ فَرَطًا لِاَبَوَيْهِ وَسَلَفًا وَذُخْرًا وَعِظَةً وَاعْتِبَارًا وَشَفِيْعًا
وَثَقِّلْ بِهِ مَوَازِيْنَهُمَاوَاَفْرِغِ الصَّبْرَعَلَى قُلُوْبِهِمَا وَلاَ تَفْتِنْهُمَا
بَعْدَهُ وَلاَ تَحْرِمْهُمَا اَجْرَهُ
Jika
jenazah perempuan yang masih kecil,
اللُّهُمَّ
اجْعَلْهَا فَرَطًا لِاَبَوَيْهَا وَسَلَفًا وَذُخْرًا وَعِظَةً وَاعْتِبَارًا
وَشَفِيْعَةً وَثَقِّلْ بِهَا مَوَازِيْنَهُمَاوَاَفْرِغِ الصَّبْرَعَلَى
قُلُوْبِهِمَا وَلاَ تَفْتِنْهُمَا بَعْدَهَا وَلاَ تَحْرِمْهُمَا اَجْرَهَا
Kelima, takbir keempat. Sunnah membaca do’a,
اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا اَجْرَهُ
̸هَا
وَلاَ تُفْتِنَّا بَعْدَهُ ̸ هَا وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ ̸ لَهَا
“Ya
Allah, janganlah Engkau halangi kami dengan pahala kebaikannya, janganlah Enkau
tibakan fitnah keburukan sepeninggalnya, dan ampunilah dosa kami dan ia.
Keenam, salam.
4. Cara Mengubur
Dalam hal ini, ada beberapa ketentuan yang
perlu diperhatikan, yakni :
a.
Ukuran tempat jenazah paling tidak bias menjaga
mayit dari binatang buas dan bau.
b.
Maksimal berukuran 4 driro atau 2,5 meter.
c.
Bila kondisi tanahnya kering, maka dianjurkan
lahad berada di sebelah bawah samping arah kiblat kanan kepala ke arah selatan.
Jika basah, maka bagian tengah digali sekiranya jenazah masuk.
d.
Posisi keranda di sebelah kanan. Dianjurkan
ketika menurunkan jenazah ke dalam, mukanya ditutup kain dan perlahan-lahan
dari anggota badan terlebih dahulu.
e.
Sambil memasukan jenazah, petugas membaca do’a
berikut,
Untuk
jenazah laki-laki dibacakan,
اللَّهُمَّ
افْتَحْ اَبْوَابَ السَّمَاءِ لِرُوْحِهِ وَاَكْرِمْ مَنْزِلَهُ وَوَسِّعْ لَهُ فِي
قَبْرِهِ
Untuk
jenazah laki-laki dibacakan,
اللَّهُمَّ افْتَحْ اَبْوَابَ
السَّمَاءِ لِرُوْحِهَا وَاَكْرِمْ مَنْزِلَهَا وَوَسِّعْ لَهَا فِي قَبْرِهَا
Ketika
akan dimasukan ke dalam lahad, petugas membaca,
بِسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
اللَّهُمَّ اَسْلَمَهُ اِلَيْكَ اْلاَشْخَاصَ مِنْ وَالِدِهِ وَاَهْلِهِ وَقَرَابَتِهِ
وَاِخْوَانِهِ وَفَارَقَ مَنْ كَانَ يُحِبُّ قُرْبَهُ وَخَرَجَ مِنْ سَعَةِ الدُّنْيَا
وَالْحَيَاةَ اِلَى ظُلُمَةِ الْقَبْرِ وَضَيْقِهِ وَنَزَلَ بِكَ وَاَنْتَ خَيْرُ
مَنْزُوْلٍ بِهِ اِنْ عَاقَبتَهُ فَبِذَنْبٍ وَاِنْ عَفَوْتَ عَنْهُ فَاَنْتَ اَهُْ
الْعَفْوِ اَنْتَ غَنِيٌّ مِنْ عَذَابِهِ وَهُوَ فَقِيْرٌ اِلَى رَحْمَتِكَ اللَّهُمَّ
اشْكُرْ حَسَنَتَهُ وَاغْفِرْ سَيِّئَتَهُ وَاَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ وَاجْمَعْ
لَهُ بِرَحْمَتِكَ اْلاَمْنَ مِنْ عَذَابِكَ وَاكْفِهِ كُلَّ هَوْلٍ دُوْنَ الْجَنَّةِ
اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ فِي اْلفَائِزِيْنَ وَاْرفَعْهُ فِي اْلعِلِّيِّيْنَ وَعُدْ
عَلَيْهِ بِفَضْلِ رَحْمَتِكَ ياَ اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
f.
Sebahagian ulama menegaskan akan sunnahnya memiringkan
tubuh jenazah ke arah kanan, namun wajib menghadapkan ke kiblat, karena hal ini
menjadi syarat syah mengkuburkan. Caranya yang paling mudah agar jenazah miring
ke kanan dan menghadap kiblat adalah dengan membungkukkan jenazah seperti
posisi ruku’ , lalu bagian punggungnya diganjal dengan bata merah atau beberapa
kepalan tanah atau tanah kering. Lalu mulai dari kepala tali pengikatnya
dilepas, di simpan di belakang jenazah. Jangan lupa pipi dan kedua kaki jenazah
ditempelkan ke tanah atau ke dinding kuburan.
Terkait
dengan bata atau tanah kepalan yang dipergunakan untuk mengganjal pungggung
jenazah. Maka setiap kepalan atau bata tersebut sudah dibacakan surat al-Qadr
masing-masing 7 (tujuh) kali.
g.
Setelah itu, beberapa potongan bamboo atau kayu
dipergunakan untuk menutup lahad agar tidak terkena tanah.
h.
Saat itulah dianjurkan bagi mereka yang hadir
masing-masing menggenggam tanah dan melemparkan tanah tersebut dimulai dari
kepala, sebanyak 3 (tiga) kali. Sambil membaca do’a:
1.
Untuk lemparan pertama,
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ ,
اللَّهُمَّ لَقِّنْهُ عِنْدَ الْمَسْأَلَةِ حُجَّتَهُ
2.
Untuk lemparan kedua,
وَفِيْهَا نُعِيْدُكُمْ,
اللَّهُمَّ افْتَحْ اَبْوَابَ السَّمَاءِ لِرُوْحِهِ
3.
Untuk lemparan ketiga.
مِنْهَا
نُخْرِجُكُمْ تَارَةً اُخْرَى, اللَّهُمَّ جَافِ اْلاَرْضَ عَنْ جَنْبَيْهِ
i.
Setelah kuburan ditimbun dengan padat, lalu
tanahnya ditinggikan sekitar 1 jengkal. Kemudian setelah menimbun dianjurkan
berdo’a,
اللَّهُمَّ
عَبْدُكَ رُدَّ اِلَيْكَ فَارْأَفْ بِهِ اْلاَرْضَ, اللَّهُمَّ جَافِ اْلاَرْضَ
عَنْ جَنْبَيْهِ وَافْتَحْ اَبْوَابَ السَّمَاءِ لِرُوْحِهِ وَتَقَبَّلْ مِنْهُ
بِقَبُوْلٍ حَسَنٍ اللَّهُمَّ اِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَضَاعِفْ فِيْ اِحْسَانِهِ
وَاِنْ كَانَ مُسِيْئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ
j.
Dianjurkan membaca talqin khususnya bagi
mayit yang sudah tamyiz. Sebagai ibarah juga ‘izhah bagi yang ditinggalkan, dan
yang terpenting nasihat bagi si mayit. Salah seorang ahli mayit, jongkok atau
duduk disebelah kanan nisan si mayit, menghadap timur dan membelakangi arah
barat. Sedangkan yang hadir selain yang membaca talqin tersebut dianjurkan
berdiri.
Shigat
talqin pada intinya sebagai berikut :
يَا
عَبْدَ اللهِ اِبْنَ اَمَّةِ اللهِ اذْكُرْ مَا خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِنْ دَارِ الدُّنْيَا
شَهَادَةً اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهَ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُوْلُ اللهِ وَاَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَ اَنَّ النَّارَ حَقٌّ وَاَنَّ اْلبَعْثَ
حَقٌّ وَاَنَّ السَّاعَةَ اَتِيَةٌ لاَ رَيْبَ فِيْهَا وَاَنَّ اللهَ يَبْعَثُ مَنْ
فِي اْلقُبُوْرِ وَاَنَّكَ رَضِيْتَ بِاللهِ رَبًّا وَبِاْلاِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَبِالْقُرْاَنِ اِمَامًا وَبِاْلكَعْبَةِ
قِبْلَةً وَبِالْمُؤْمِنِيْنَ اِخْوَانًا رَبِّيْ اللهُ لاَ اِلَهَ اِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ
تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمُ
Daptar
pustaka:
1.
Mughnil Muhtaj juz 1
hal. 351 – 367
2.
Nihayatuzzain hal. 153
– 154 dan 156 - 161
3.
Is’aadurrafiq hal. 106
4.
Al-Bajuri juz 1 hal. 149 – 254
5.
I’anah ath-Thaalibin juz 2
hal. 124 – 133
6. Bujairomi ‘ala al-Khatib juz 2
hal. 275 – 294
7. Bughyatul murtasyidin hal. 94-95
8. Hasyiyah Sulaiman Al-Jamal juz 2
hal. 188
9. Kifayatul Akhyar juz 1 hal.
163 - 172
jazakallah atas ilmu yg telah di share , semoga bermanfaat bagi kita semua , amiiiinnn
BalasHapus