A. Pengertian Ibadah
Secara etimologi (bahasa) ibadah berasal dari bahasa arab yakni 'abada-ya'budu-'abdan wa 'ibadatan yang artinya menyembah, merendah diri, tunduk, patuh, taat, menghina diri dan memperhambakan diri kepada sesuatu. Sedangkan secara terminologi islam (istilah) berarti taat, tunduk, patuh dan merendah diri kepada Allah S.W.T. Ibnu Taimiyah (syaikhul islam) pernah memberi batasan,
كُلُّ
شَيْءٍ اَحَبَّهُ اللهُ وَارْتَضَاهُ
"ٍSegala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah.''B. Dasar Hukum
Banyak sekali ayat al-Qur'an yang berbicara tentang perintah beribadah, di antaranya :
وَمَا
اُمِرُوْا اِلاَّ لِيَعْبُدُوْا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنُفَاءَ وَيُقِيْمُوْا
الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوْا الزكَّاَةَ وَذَالِكَ دِيْنُ اْلقَيِّمَةِ (البينة:٥)
“Padahal mereka tidak
disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
C. Tujuan Ibadah
Para ulama menyimpulkan dari beberapa ayat al-Qur'an dan al-Hadits, bahwa tujuan beribadah adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah Sang Pencipta. Meskipun cara seorang hamba taqarrub kepada Sang Khaliq terkadang berbeda. Perbedaan ini muncul karena proses pencariannya yang berbeda. Sebagai contoh, Nabi Ibrahim a.s. untuk menunjukan keta'atan dan kepatuhannya kepada Allah, maka Dia mengujinya dengan cara memerintahkan anaknya yang tercinta Nabi Islamil a.s. untuk disembelih (al-Shaffat, 37:102).
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَبُنَيَّ اِنِّي اَرَي فِي الْمَنَامِ اَنِّي اَذْبَحُكَ
فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَااَبَتِ افْعَلْ مَاذَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِيْ اِنْ
شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِيْنَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia
menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar"
Sementara Nabi Yusuf a.s. diuji oleh Allah dengan mimpi melihat bintang, sehingga diceritakan dalam al-Qur'an beliau menjadi tidak nyaman dengan munculnya mimpi tersebut. Lalu beliau menemui ayahnya dan menceritakan mimpi tersebut. Singkat cerita dari mimpi itulah awal perjalanan Yusuf kecil diasingkan dari saudaranya Bunyamin dan ayahnya Nabi Ya'kub a.s. (Yusuf, 12:4).
D. Macam-macam Ibadah
Pada dasarnya akhir tujuan beribadah bermuara kepada al-ma'bud yakni Allah SWT. Namun, para ulama membagi ibadah menjadi dua jenis, yakni :
1. Ibadah mahdlah. Artinya ibadah khusus berupa perbuatan yang menghubungkan al-aabid dengan al-ma'bud dengan aturan yang sudah diatur oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW.Contohnya shalat, zakat, puasa dan ibadah manasik haji.
2. Ibadah ghair mahhdlah. Artinya ibadah yang tidak diatur secara khusus oleh Allah dan Rasulullah sehingga berbentuk umum, berupa hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan lingkungan. Contohnya gotong royong, menolong orang, menjaga lingkungan dan sebagainya.
E. Kedudukan Ibadah
Ibadah merupakan inti tugas manusia, sehingga apapun yang dilakukan jika karena Allah, maka ia akan mendapatkan pahala kebaikan di dunia dan akhirat. Di dunia mendapatkan materi dan di akhirat mendapatkan pahala.
اِذْ قَالَ يُوْسُفُ
لِاَبِيْهِ يَاَبَتِ اِنِّي رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَاْلقَمَرَ
رَاَيْتُهُمْ لِيْ سَاجِدِيْنَ (٤) قَالَ يَا بُنَيَّ لاَ تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلَي
اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا اِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوُّ
مُبِيْنٌ(٥)
“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai
ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan;
kulihat semuanya sujud kepadaku. Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah
kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar
(untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi
manusia."Pada dasarnya akhir tujuan beribadah bermuara kepada al-ma'bud yakni Allah SWT. Namun, para ulama membagi ibadah menjadi dua jenis, yakni :
1. Ibadah mahdlah. Artinya ibadah khusus berupa perbuatan yang menghubungkan al-aabid dengan al-ma'bud dengan aturan yang sudah diatur oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW.Contohnya shalat, zakat, puasa dan ibadah manasik haji.
2. Ibadah ghair mahhdlah. Artinya ibadah yang tidak diatur secara khusus oleh Allah dan Rasulullah sehingga berbentuk umum, berupa hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan lingkungan. Contohnya gotong royong, menolong orang, menjaga lingkungan dan sebagainya.
E. Kedudukan Ibadah
Ibadah merupakan inti tugas manusia, sehingga apapun yang dilakukan jika karena Allah, maka ia akan mendapatkan pahala kebaikan di dunia dan akhirat. Di dunia mendapatkan materi dan di akhirat mendapatkan pahala.
F. Syari’at
1. Pengertian syari’at.
Syariat
secara harfiah mengandung pengertian jalan menuju tempat keluarnya air minum
atau jalan lurus yang harus diikuti. Sedangkan menurut istilah berarti hokum-hukum
atau aturan-aturan Allah yang ditetapkan untuk diikuti.
2. Prinsip-prinsip syari’at.
Dalam
menjalankan syariat, ada beberapa rambu-rambu yang dijadikan pedoman
pelaksanaan yang disebut prinsip atau pegangan. Di antaranya adalah:
a. Tidak memberatkan.
b. Menyedikitkan beban.
c. Penetapan hukumnya secara bertahap.
d. Memperhatikan kemaslahatan umat.
e. Keadilan yang merata.
3. Tujuan (maqashid) syari’at islam.
Penerapakan
syari’at islam agar tidak keluar dari sasaran, maka perlu diarahkan maqashid
syari’at islam. Di antaranya adalah :
a. Memelihara agama (hifzhul-din).
Maksudnya adalah setiap induvidu berkewajiban untuk menjaga dan memelihara
tegaknya syari’at agama islam. Adanya syari’at islam tidak lain untuk dijadikan
pedoman hidup, yang mengatur hubungan hamba dengan khaliq, hamba dengan sesame dan
makhluk lain yang Allah ciptakan. Sehingga hidup dan kehidupan makhluk di alam
semesta ini bisa berjalan secara harmonis dalam ketentuan Allah Ta’ala.
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ
الذِّلَّةُ اَيْنَمَا ثُقِفُوْا اِلاَّبِحَبْلٍ مِّنَ اللهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ
وَبَاؤُا بِغَضَبٍ مِّنَ اللهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَالِكَ بِاَنَّهُمْ
كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاَايَاتِ اللهِ وَيَقْتُلُوْنَ اْلاَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ
ذَالِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja
mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali
(perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah
dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada
ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian
itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” (Q.S. Ali Imran, 3:112).
Ketika manusia tidak mampu mengatur dirinya, maka sudah tentu mereka
tak akan mampu mengurus orang lain. Sehingga mereka membutuhkan tali pegangan yang dapat
menyelamatkan dari kehinaan hidup di dunia, terlebih di akhirat nanti.
Namun jika tali pegangan itu dihiraukan, maka mereka akan tampil laksana
binatang yang sesat dan celaka (Q. S. Thaha, 20:123). Ingatlah bahwa tali
pegangan itu adalah syari’at agama Allah (Q.S. Ali Imran, 3:85).
b. Memelihara jiwa (hifzhul-nafs).
Maksudnya setiap induvidu berkewajiban untuk menjaga dirinya
(jiwa). Tidaklah Allah mensyari’atkan ihwal hifzhul nafs, melainkan di
sana ada hak-hak jiwa yang dipayungi hokum Allah dan dijaminNya (Q.S. Al-Isra’,
17:33). Bahwa setiap jiwa ada ajalnya, barangsiapa yang merebut jiwa seseorang,
berarti ia sudah merebut hak Sang
Pemilik (Q.S. Al-Mujadalah, 63:11).
c. Memelihara akal (hifzhul-aql).
Maksudnya setiap induvidu berkewajiban menjaga akalnya, karena ia
sebagai syarat dalam taklif syar’iy. Jika tidak ada, maka ia tidak termasuk
golongan yang ditaklif.
Dengan akal mereka mampu membedakan mana yang baik dan buruk, mana
yang hak dari yang batil.
رُفِعَ اْلقَلَمُ
عَنْ ثَلاَثَةٍ الصَّبِيِّ حَتَّى يَبْلُغَ وَالْجُنُوْنِ حَتَّى يَفِيْقَ وَالنَّائِمِ
جَتَّى يَسْتَيْقِظَ
“Pena akan diangkat dari 3 golongan: anak
kecil hingga dewasa (baligh), orang gila sampai sadarkan, dan orang yang tidur
sampai ia bangun.”
d. Memelihara keturuan (hifzhul-nasl).
Yakni kewajiban menjaga keturunan yang baik. Karena kekuatan islam
dapat terwujud mulai dari pendidikan keluarga, lalu masyarakat dari lingkup
terkecil sampai terbesar. Dengan nasl baik, maka nilai-nilai kebaikan
akan terus terpelihara, bumi akan lestari dan makmur di tangan manusia-manusia
yangberiman dan bertaqwa.
Firman Allah
QS. Al Baqarah: 180:
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ
الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا اْلوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَاْلأَقْرَبِيْنَ بِالْمَعْرُوْفِ
حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِيْنَ ﴿١٨٠﴾
“Diwajibkan atas kamu, apabila
seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan
harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapa dan karib kerabatnya secara ma`ruf,
(ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. (180)”
e. Memelihara harta (hifzhul-mal).
Maksudnya bahwa harta merupakan bagian yang integral dengan
pentaklifan syari’at. Harta merupakan kebutuhan manusia yang tidak akan pernah
putus selama roda bumi ini berputar (Q.S. Ali Imra, 3:14).
Untuk itulah Syaari’ menetapkan
bagaimana mengatur harta seadil-adilnya, seperti yang dicontohkan dalam firman Allah
QS. An Nisa, 4: 7,
لِّلرِّجَالِ نَصيِبٌ مِّمَّا تَرَكَ
الْوَالِدَانِ وَالأَقْرَبُونَ وَلِلنِّسَاء نَصِيبٌ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ
وَالأَقْرَبُونَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ أَوْ كَثُرَ نَصِيباً مَّفْرُوضاً ﴿٧﴾
“Bagi laki-laki ada hak bagian dari
harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian
(pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak
menurut bahagian yang telah ditetapkan. (007)”
4. Perilaku orang yang berpegang pada prinsip-prinsip ibadah
dan tujuan syari’at
a.
Taat
menjalankan ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah
b.
Berbudi
luhur dan berperangai terpuji
c.
Selalu
menjaga kesucian diri, baik lahir maupun batin
d.
Tidak
bersikap munafik
G.
Cara Berpegang pada Prinsip, Tujuan Ibadah, dan Syari’at
Islam
- Dari sisi aqidah; Dimanapun, kapanpun, dan dalam keadaan seperti apapun tidak pernah menyekutukan Allah.
- Dari sisi ibadah; Dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari selalu diniati ibadah untuk mendapat ridha Allah, baik aktivitas dalam bentuk ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah.
- Dari sisi muamalah; Selalu bersikap dan berbuat baik kepada sesamanya, gemar menolong orang lain, bersedekah, silaturahim, dlsb.
BAB 1
Prinsip Ibadah dan Syari’at Islam
A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!
1. Secara bahasa ibadah mengandung arti :
1. Secara bahasa ibadah mengandung arti :
a.
Berdiam diri. d.
Menghadap
b.
Tenang. e.
Menyayangi
c.
Tunduk dan patuh.
2.
Jika yang diibadahi disebut ma’budud, sedangkan yang
beribadah disebut ….
a.
Syahid. d.
Abid
b.
Ma’bud. e.
Sahaya
c.
Budak .
3.
Kata حنفاء ,
yang terdapat dalam surat al-Bayyinah ayat 5, artinya adalah ….
a.
Ajaran yang dirida’i. d. Agama
yang sempurna.
b.
Agama yang lurus. e. Agama yang disisi Allah.
c.
Ajaran yang benar.
4.
Puncak tertinggi tujuan perintah Allah Ta’ala dalam beribadah adalah ….
a.
Agar dimurahkan rizki. d. Agar masuk surge.
b.
Agar dimudahkan segala urusan. e.
Agar dijauhkan dari api neraka.
c.
Agar mendapatkan kerido’anNya.
5.
Usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan amaliyah salihah
disebut ….
a.
Tahaduts d.
Tawakkal.
b.
Tawadhu’ e.
Taqarrub.
c.
Tadharru’
6.
Yang termasuk ibadah mahdhah adalah ….
a.
Zakat fitrah. d.
Olah raga.
b.
Berlangganan Koran. e.
Agustusan
c.
Membuat buletin olag raga.
7.
Ibadah yang teknisnya masih berisfat
umum disebut juga ….
a.
Mu’amalah. d.
Raudhah.
b.
Munakahah e.
Ibadah Ghair Mahdlah.
c.
Jinayah.
8.
Perilaku yang mencerminkah orang
yang memahami tugasnya sebagai makhluk adalah
a.
Berbudi pekerti luhur dan
berakhlak karimah d. Rajin bekerja.
b.
Menyia-nyiakan amanat. e.
Giat berdo’a.
c.
Tebar pesona dalam
moment pekan raya.
9. Kata رُؤْيَاكَ ,
yang terdapat dalam surat Yususf ayat 5, artinya adalah ….
a.
Penglihatan. d.
Kekuasaan.
b.
Mimpi. e.
Mukjizat.
c.
Puasa.
10. Secara bahasa syari’at
mengandung arti :
a.
Mata air. d. Kiblat .
b.
Diam e.
Jalan panjang .
c.
Jalan lurus.
11. Jalan untuk beribadah disebut ….
a. Ajaran d. Millah
b. Agama e. Tarikat atau
syariat
c. Din
12.
Yang dimaksud Syaari’
adalah ….
a.
Makhluk. d.
Manusia
b.
Allah. e.
Al-Qur’an
c.
NAbi Muhammad .
13. Kata ضُرِبَتْ, yang terdapat dalam surat al-Imran ayat 112, artinya adalah ….
a.
Mereka diliputi. d.
Mereka ditunjukan.
b.
Mereka ditimpa musibah e.
Mereka dirida’i.
c.
Mereka dihancurkan.
14.
Contoh penerapan syari’at Islam
untuk memelihara dan menegakan
agama adalah, kecuali ….
a.
Yang mabuk dihad cambuk 80 kali.
b.
Yang berzina diqishash.
c.
Yang mencuri dipotong tangan.
d.
Yang menuding seseorang zina
dicambuk 80 kali.
e.
Syi’ar muktamar OKI dalam upaya supremasi syari’at Islam.
a.
Kewajiban untuk menjaga dan memelihara tegaknya syari’at agama islam
Tawadhu’
b.
Kewajiban untuk menjaga dirinya (jiwa)
c.
Kewajiban menjaga akalnya.
d.
Kewajiban menjaga keturunan yang baik.
e.
Kewajiban menjaga harta.
16. Sedangkan yang dimaksud dengan hifzul mal adalah ….
a.
Menjaga agama d.
Menjaga harta.
b.
Menjaga keturunan e. Menjaga
jiwa.
c.
Menjaga akal
17. Yang dimaksud dengan
taklif adalah ….
a.
membebani. d.
menempuh.
b.
memindahkan. e.
berjalan.
c.
menyebarkan.
18.
Alasan kenapa orang gila tidak ditaklif adalah ….
a.
Non muslim. d.
Tidak punya keturunan
b.
Dosa besar. e.
Pailit.
c.
Tidak berakal.
19.
Perilaku yang mencerminkah orang
yang teguh memegang prinsip-prinsip syari’at Islam adalah, kecuali .
a.
Ta’at menjalankan ibadah baik mahdlah maupun ghair mahdlah.
b.
Berbudi luhur dan berperangai
terpuji
c.
Selalu menjaga kesucian diri,
baik lahir maupun batin
d.
Tidak bersikap munafik
e.
Aktif dalam organisasi dakwah.
20. Uwais al-qorni termasuk golongan ….
a.
Sahabat Nabi. c. Tabi’it tabi’in d. Umat Nabi.
b.
Tabi’in. d.
Ahli bait
21.
Yang dimaksud istiqamah adalah ….
a. Melihat . d. Kekuasaan.
b. Mimpi. e. Lurus
c. Puasa.
22. Yang dimaksud dengan tazkiyatun nafsi adalah ….
a. Gila hormat.
b. Mencari-cari kesalahan orang. .
c. Cinta dunia.
d. Membersihkan jiwa.
e. Sikap sederhana
23. Role model dalam khasanah akhluk karimah dikenal dengan ….
a. Amanah. d. Tabligh.
b. Uswatun hasanah. e. Shidiq.
c. Fathanah.
24. Sesuatu di luar syariat Islam disebut juga ….
a. Taubah. d. Bid’ah.
b. Nadamah. e. Ibadah.
c. Himmah.
25. Prinsip penerapan syari’at Islam adalah ….
a.
Untuk menjalankan perintah Allah.
b.
Menghilangkan penyakit umat.
c.
Tidak memberatkan.
d.
Membagi-bagi kekuasaan.
e.
Menjaga kehormatan
B.
Pilihlah jawaban yang paling benar
dan tepat!
26. Jelaskanlah pengertian ibadah
meurut bahasa dan istilah! (10)
27. Jelaskanlah prinsip-prinsp ibadah Islam!(25)
28. Sebutkanlah jenis-jenis ibadah disertai contohnya!(15)
29. Jelaskanlah pengertian syariat
menurt bahasa dan istilah!(10)
30. Jelaskanlah maqashid
syari’at Islam Islam!(40)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar