4.
Cara Mengubur
Dalam hal ini, ada beberapa ketentuan yang perlu
diperhatikan, yakni :
a.
Ukuran tempat jenazah paling
tidak bisa menjaga mayit dari binatang buas dan bau.
b.
Maksimal berukuran 4 dziro atau
2,5 meter.
c.
Bila kondisi tanahnya kering,
maka dianjurkan lahad berada di sebelah bawah samping arah kiblat kanan kepala
ke arah selatan. Jika basah, maka bagian tengah digali sekiranya jenazah masuk.
d.
Posisi keranda di sebelah kanan.
Dianjurkan ketika menurunkan jenazah ke dalam, mukanya ditutup kain dan
perlahan-lahan dari anggota badan terlebih dahulu.
e.
Sambil memasukan jenazah, petugas membaca do’a berikut,
Untuk
jenazah laki-laki dibacakan,
اللَّهُمَّ
افْتَحْ اَبْوَابَ السَّمَاءِ لِرُوْحِهِ وَاَكْرِمْ مَنْزِلَهُ وَوَسِّعْ لَهُ
فِي قَبْرِهِ
Untuk
jenazah perempuan dibacakan,
اللَّهُمَّ افْتَحْ
اَبْوَابَ السَّمَاءِ لِرُوْحِهَا وَاَكْرِمْ مَنْزِلَهَا وَوَسِّعْ لهَاَ فِي
قَبْرِها
Ketika
akan dimasukan ke dalam lahad, petugas membaca,
بِسْمِ اللهِ
وَعَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ اَسْلَمَهُ اِلَيْكَ اْلاَشْخَاصُ مِنْ
وَالِدِهِ وَاَهْلِهِ وَقَرَابَتِهِ وَاِخْوَانِهِ وَفَارَقَ مَنْ كَانَ يُحِبُّ
قُرْبَهُ وَخَرَجَ مِنْ سَعَةِ الدُّنْيَا وَالْحَيَاةَ اِلَى ظُلُمَةِ الْقَبْرِ
وَضَيْقِهِ وَنَزَلَ بِكَ وَاَنْتَ خَيْرُ مَنْزُوْلٍ بِهِ اِنْ عَاقَبتَهُ
فَبِذَنْبٍ وَاِنْ عَفَوْتَ عَنْهُ فَاَنْتَ خَيْرُ الْعَفْوِ اَنْتَ غَنِيٌّ مِنْ
عَذَابِهِ وَهُوَ فَقِيْرٌ اِلَى رَحْمَتِكَ اللَّهُمَّ اشْكُرْ حَسَنَتَهُ
وَاغْفِرْ سَيِّئَتَهُ وَاَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ وَاجْمَعْ لَهُ
بِرَحْمَتِكَ اْلاَمْنَ مِنْ عَذَابِكَ وَاكْفِهِ كُلَّ هَوْلٍ دُوْنَ الْجَنَّةِ
اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ فِي اْلفَائِزِيْنَ وَاْرفَعْهُ فِي اْلعِلِّيِّيْنَ وَعُدْ
عَلَيْهِ بِفَضْلِ رَحْمَتِكَ ياَ اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
f.
Sebahagian ulama menegaskan akan
sunnahnya memiringkan tubuh jenazah ke arah kanan, namun wajib menghadapkan ke
kiblat, karena hal ini menjadi syarat syah mengkuburkan. Caranya yang paling
mudah agar jenazah miring ke kanan dan menghadap kiblat adalah dengan
membungkukkan jenazah seperti posisi ruku’ , lalu bagian punggungnya diganjal
dengan bata merah atau beberapa kepalan tanah atau tanah kering. Lalu mulai
dari kepala tali pengikatnya dilepas, di simpan di belakang jenazah. Jangan
lupa pipi dan kedua kaki jenazah ditempelkan ke tanah atau ke dinding kuburan.
Terkait
dengan bata atau tanah kepalan yang dipergunakan untuk mengganjal pungggung
jenazah. Maka setiap kepalan atau bata tersebut sudah dibacakan surat al-Qadr
masing-masing 7 (tujuh) kali.
g.
Setelah itu, beberapa potongan
bambu atau kayu dipergunakan untuk menutup lahad agar tidak terkena tanah.
h.
Saat itulah dianjurkan bagi
mereka yang hadir masing-masing menggenggam tanah dan melemparkan tanah
tersebut dimulai dari kepala, sebanyak 3 (tiga) kali. Sambil membaca do’a:
1.
Untuk lemparan pertama,
مِنْهَا
خَلَقْنَاكُمْ , اللَّهُمَّ لَقِّنْهُ عِنْدَ الْمَسْأَلَةِ حُجَّتَهُ
2.
Untuk lemparan kedua,
وَفِيْهَا
نُعِيْدُكُمْ, اللَّهُمَّ افْتَحْ اَبْوَابَ السَّمَاءِ لِرُوْحِهِ
3.
Untuk lemparan ketiga.
مِنْهَا
نُخْرِجُكُمْ تَارَةً اُخْرَى, اللَّهُمَّ جَافِ اْلاَرْضَ عَنْ جَنْبَيْهِ
i.
Setelah kuburan ditimbun dengan
padat, lalu tanahnya ditinggikan sekitar 1 jengkal. Kemudian setelah menimbun
dianjurkan berdo’a,
اللَّهُمَّ
عَبْدُكَ رُدَّ اِلَيْكَ فَارْأَفْ بِهِ اْلاَرْضَ, اللَّهُمَّ جَافِ اْلاَرْضَ
عَنْ جَنْبَيْهِ وَافْتَحْ اَبْوَابَ السَّمَاءِ لِرُوْحِهِ وَتَقَبَّلْ مِنْهُ بِقَبُوْلٍ
حَسَنٍ اللَّهُمَّ اِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَضَاعِفْ فِيْ اِحْسَانِهِ وَاِنْ كَانَ
مُسِيْئًا فَتَجَاوَزْ عنْهُ
j.
Dianjurkan membaca talqin khususnya
bagi mayit yang sudah tamyiz. Sebagai ibarah juga ‘izhah bagi yang
ditinggalkan, dan yang terpenting nasihat bagi si mayit. Salah seorang ahli
mayit, jongkok atau duduk disebelah kanan nisan si mayit, menghadap timur dan
membelakangi arah barat. Sedangkan yang hadir selain yang membaca talqin tersebut
dianjurkan berdiri.
Shigat
talqin pada intinya sebagai berikut :
يَا
عَبْدَ اللهِ اِبْنَ اَمَّةِ اللهِ اذْكُرْ مَا خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِنْ دَارِ
الدُّنْيَا شَهَادَةً اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهَ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَاَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَ اَنَّ النَّارَ
حَقٌّ وَاَنَّ اْلبَعْثَ حَقٌّ وَاَنَّ السَّاعَةَ اَتِيَةٌ لاَ رَيْبَ فِيْهَا
وَاَنَّ اللهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي اْلقُبُوْرِ وَاَنَّكَ رَضِيْتَ بِاللهِ رَبًّا
وَبِاْلاِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا
وَبِالْقُرْاَنِ اِمَامًا وَبِاْلكَعْبَةِ قِبْلَةً وَبِالْمُؤْمِنِيْنَ
اِخْوَانًا رَبِّيْ اللهُ لاَ اِلَهَ اِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ
رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمُ
Hikmah
dan keutamaan.
1.
Mendapatkan
pahala seperti pahala orang yang terkena musibah.
Sabda Rasulullah SAW,
مَنْ عَزَّى
مُصَابًا فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ
“Barangsiapa
yang berta’ziyah kepada orang yang tertimpa musibah, maka baginya pahala
seperti pahala yang didapat orang tersebut. [HR Tirmidzi 2/268. Kata beliau: “
Hadits
ini gharib. Sepanjang yang saya ketahui, hadits ini tidak marfu’ kecuali dari
jalur ‘Adi bin ‘Ashim”; Ibnu Majah, 1/511].
2.
Mendapatkan
pahala 2 qirat. Sebagimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu hurairah ra.
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ
حَتَّى يُصَلَّى عَلَيْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ وَمَنْ شَهِدَهَا حَتَّى تُدْفَنَ
فَلَهُ قِيرَاطَانِ قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ
الْعَظِيمَيْنِ
“Siapa yg turut
menyaksikan pengurusan jenazah hingga ia menshalitinya, maka baginya pahala
sebesar satu qirath. Sedangkan siapa yg turut menyaksikan pengurusannya hingga
jenazah itu dimakamkan, maka baginya pahala sebesar dua qirath. Lalu
ditanyakanlah, Apakah itu dua qirath? Beliau menjawab: Seperti dua gunung yg
besar.” [HR. Muslim No.1570]
3.
Keutamaan
memandikan, mengakafani, menyalati dan menguburkan sebagaimana sabda Nabi
Muhammad SAW.
مَنْ
غَسَّلَ مُسْلِمًا فَكَتَمَ عَلَيْهِ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ أَرْبَعِينَ مَرَّةً ،
وَمَنْ حَفَرَ لَهُ فَأَجَنَّهُ أُجْرِىَ عَلَيْهِ كَأَجْرِ مَسْكَنٍ أَسْكَنَهُ
إِيَّاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ، وَمَنْ كَفَنَّهُ كَسَاهُ اللَّهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مِنْ سُنْدُسِ وَإِسْتَبْرَقِ الْجَنَّةِ
Barangsiapa yang memandikan seorang muslim
kemudian menyembunyikan (aibnya), Allah akan ampuni untuknya 40 kali.
Barangsiapa yang menggalikan kubur untuknya kemudian menguburkannya, akan
dialirkan pahala seperti pahala memberikan tempat tinggal hingga hari kiamat.
Barangsiapa yang mengkafaninya, Allah akan memberikan pakaian untuknya pada
hari kiamat sutera halus dan sutera tebal dari surga (H.R alBaihaqy,
atThobarony, dishahihkan oleh al-Hakim dan al-Albany)
Pokonya kalo dirman mati di masak aja jangan di kubur...
BalasHapus